Oleh Moh.Thoriqul Huda
A. Latar Belakang
Agama dalam kehidupan manusia merupakan undang undang dan pedoman hidup (Way of life) orang yang biasa menjalankan perintah perintah agama tanpa pengawasan, maka ringanlah bagi mereka menjalankan perintah dan aturan tersebut, agama sebagai suatu system social didalamnya merangkum suuatu yang kompleks pola kelakuan lahir dan batin yang dipatuhi dan ditaati penganut penganutnya, dengan cara itu pemeluk suatu agama baik secara pribadi maupun bersama sama berkontak dengan yang maha suci dan dengan saudara seiman, mereka mengungkapkan pikirannya, isi hatinya dan perasaannya kepada tuhannya menurut pola tertentu dan lambing lambing serta bentuk tertentu, agama terkena proses social dan institusional dengan menggunakan mekanisme kerja yang berlaku dengan demikian maka pada dasarnya setiap manusia menginginkan adanya agama yang dapat memberikan arti kebahagiaan pada dirinya, agama dianggap sebagai suatu kebutuhan.
Konghucu merupakan salah satu agama yang ada yang diajarkan oleh Nabi kongzu pada tahun 551 SM-479 SM, Ketika kita membahas tentang agama konghucu maka tidak bisa kita lepaskan dari istilah Tiongkok yang memrupakan sumber awal munculnya agama konghucu, Tiongkok mempunyai tiga pandangan keagamaan yaitu konghucu, Budha dan Tao atau yang lebih disebut dengan istilah Tridharma yang mana ketiganya hidup berdampingan disana .
Hal ini sesuai dengan tulisan Ismail Raqi Al-Faruqi dalam bukunya yang berjudul Historical Atlas Religion of the World yang menulis:
The Chinese Tradition has such a syncretic and harmonizing tendency that in every religious practice the average Chinese makes no distinction between, for example, a taois shrine, a buddist monastery and a confusion temple and the religious ideal of the Chinese tradition is tipically reflected in the expression san- chiao- I, meaning the grand harmonious unity of the tree teaching of conficianism,Taoism, Budhism.
Dari tulisan diatas kita dapat mengetahui tentang tradisi orang orang cina rata rata mempunyai tendensi yang bersifat sinkritisme dan harmonis dalam praktek keagamaan mereka, dalam kehidupan sehari hari mereka tidak pernah membedakan antara agama yang satu dengan agama yang lain, misalnya antara tempat tempat yang suci orang Tao yaitu vihara atau orang orang Budha dan klenteng orang Cina, di pantulkan dalam ekpresi Tridharma .
Dalam penulisan hasil studi ini penulis akan membatasi kajiannya dalam lingkup keagamaan konghucu yang ada di Boen Bio Surabaya dengan mencoba untuk mempelajari praktek peribadatan umat konghucu di klenteng Boen Bio Surabaya, oleh karena itu dalam tulisa ini nanti dapat di rumuskan beberapa persoalan permasalahan yang akan kita bahas:
1. Bagaimana Sejarah Masuknya Ajaran Tridharma ke Indonesia?
2. Bagaimana Praktek peribadatan umat Konghucu di kelnteng Boen Bio Surabaya?
Sedangkan tujuan pembahasan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Sejarah Masuknya Ajaran Tridharma ke Indonesia.
2. Untuk mengetahui Praktek peribadatan umat Konghucu di kelnteng Boen Bio Surabaya.
Sedangkan dalam kerangka berfikir nanti penulis mencoba untuk menggunakan rumusan pemikiran dari tokoh Sosiologi Agama yaitu Thomas F.O’dea yang menyebutkan dalam bukunya Sosiology of Religion mengawali tulisannya dengan sebuah kalimat menarik, menurutnya bahwa “penjelasan yang bagaimanapun adanya tentang agama, tak akan pernah tuntas tanpa mengikut sertakan aspek aspek sosiologinya” ini artinya bahwa agama yang selalu berkaitan dengan kepercayaan serta berbagai praktek ritualnya yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku secara empiris dalam pandangan O’dea adalah benar benar sebagai masalah social, berangkat dari pernytaan tersebut maka persoalan berikutnya adalah bagaimana ilmuwan social atau para sosiolog khususnya mendefinisikan agama, persoalan aoakah dalam masalah agama ini yang telah menjadi perhatian sosiolog serta bagaimana mendekati masalah ini dari sudut pandang sosiologis, tiga pertanyaan ini hendak mengantarv peneliti untuk menghantarkan peneliti pada kajian empiris di lapangan.
Sedangkan E.B,Taylor dalam Primitive Culture mendefinisikan agama sebagai kepercayaan terhadap adanya wujud wujud spiritual, sedangkan durkhiem mendefinisikan agama sebagai system yang menyatu mengenai berbagai kepercayaan dan peribadatan dengan benda benda sacral, kepercayaan dan peribadatan yang mempersatukan semua orang yang menganutnya kedalam suatu komunitas moral yang disebut gereja .
Sementara itu George Simmel menekankan dua aspek penting dari agama, Pertama agama adalah menyangkut hubungan, kedua dalam bentuk hubungan keagamaan manusia cenderung membuat model hubungannya dengan Tuhan dengan dewa dewa, dengan kekuatan adikodrati atau tentang konsepsi konsepsi lain tentang hal yang berada diluar jangkauan manusia, dalam hal ini menurut Simmel sikap menghormati pada yang suci merupakan peningkatan jenis penghormatan yang terdapat dalam hubungan social .
Berangkat dari pemikiran beberapa tokoh sosioligi tersebut maka setiap agama mempunyai ritual khusus yang berhubungan erat dengan apa yang mereka sembah dan yakini. Dan dalam proses penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara dengan kepala agama konghucu Boen Bio dan dengan menggunakan kajian pustaka.
B. Sejarah Masuknya Tridharma di Indonesia
Sebelum kita membahas hasil dari studi tentang prosesi peribadatan umat konghucu di klenteng boen bio Surabaya, maka terlebih dahulu penulis akan membahas sedikit tentang pola masuknya agama konghucu di Indonesia Karena merupakan bagian dari sejarah bangsa dan bagi keberadaan agama konghucu di Indonesia itu sendiri.
Paham konghucu (kunfusianisme) adalah sebuah kenyataan sejarah yang dibawa ke indonesia oleh bangsa Tionghoa dari tanah air mereka, sejak berabad- abad yang lalu orang orang keturunan Tionghoa didatangkan oleh pemerintah kolonialisme Belanda ke nusantara dan menggali tambang tambang, membuka tanah tanah pertanian dan mengolah hutan, mereka dating kesini dalam gelombang kedua, karena dibutuhkan untuk mengolah daerah daerah kosong yang masih merupakan tanah tanah perawan (Virgin Lands) .
Sebelum itu orang orang Tionghoa yang telah dating kesini (Indonesia) dalam kondisi yang sangat berbeda pada abad ke- 13, [elaut pelaut Tionghoa yang berlalu-lalang di kawasan antara pulau Madagaskar di timur Afrika dan pulau Tahiti di lautan pulau Pasifik dan mengarungi kepulauan Nusantara dalam ekspedisi mereka.
Dalam buku “1942” yang berbahasa perancis disebutkan ada dua menteri peperangan Tiongkok dalam abad ke- 15 M yang menjadi wali raja yang masih kecil sebagai seorang pengikut konghucu fundamentalis, ia merasa takut jika orang orang Tionghoa di perantauan akan kembali kedaratan Cina dan menyebarkan islam dengan membangun rumah dan membeli tanah dari uang hasil perantauannya tersebut, karena itu ia memerintahkan ditariknya kapal kapal laut Tiongkok dari perantauan dan dibakar di pantai Hainan, orang orang Tionghoa yang beragama Islam diperantauan ahirnya putus hubungan dengan negri asal mereka. Dalam waktu dua abad mereka diserap oleh penduduk asli dan mereka meninggalkan kampung kampung Cina diberbagai kepualauan Nusantara, maka masjid masjid di kampung Cina yang mereka dirikan ditinggalkan, dan ketika orang Tionghoa gelombang kedua datang dengan membawa Tridharma segeralah masjid masjid yang ditinggalkan itu dirubah menjadi kuil.
Dua imigran Tionghoa yang tersebar di Indonesia adalah suku bangsa Hokkien, mereka berasal dari propinsi Fukkien, daerah ini merupakan daerah penting dalam pertumbuhan perdagangan orang cina ke seberang lautan. Kepandaian berdagang ini ada di dalam kebudayaan suku bangsa Hokkien telah berabad-abad lamanya dan masih tampak jelas pada orang Tionghoa .
Akan tetapi pada tahun 1740 orang orang Tionghoa mulai bertebaran dari Batavia, yang pada waktu itu terjadi insiden berdarah dan banyak di antaranya yang datang ke Jawa Timur, mengenai ajarannya orang orang Cina telah memberikan warna tersendiri terhadap kehidupan keagamaan, terutama dari keturunan Cina pada masa berikutnya, karena orientasi keagamaan mereka setelah dikaitkan dengan nilai nilai spiritual yang sejak lama telah dianut oleh nenek moyang mereka, yaitu corak dari ketiga ajaran tersebut, karena pada umumnya jarang ditemukan orang orang Cina yang hanya memeluk satu agama saja dari ajrana Tridharma (Konghucu, Budha, Tao).
Dari kehidupan mereka tidak akan melepaskan diri dari pengaruh ketiga ajaran itu, karena dari ketiga ajaran tersebut saling berkaitan seperti halnya pernyataan berikut ini, umunya mayoritas orang Cina tidak mempunyai agama yang khas yang berasal dari mereka sendiri dan sikap mereka tidak membedakan kearah kepercayaan keagamaan, selalu memberikan kesimpulan kepada mereka bahwa semua agama memberikan manfaat kepada manusia, mereka sama sama baik dan mendapat sambutan yang baik pula.dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang orang Cina yang ada di Indonesia jarang sekali mempunyai satu kepercayaan dari ketiga ajaran tersebut. Karena orang orang cina membangun agama atas dasar pengalaman indrawi yang bersumber pada animist dan praktis dengan melanjutkan keagamaan untuk selalu tetap bersatu teguh memegang pembangunan keagamaan yang dibagi dalam tiga kepercayaan yaitu Tao, Budha dan Konghucu.
C. Ritual Peribadatan Umat konghucu di Klenteng Boen Bio surabaya
Setiap agama mempunyai ritual peribadatan masing dan berbeda, dengan menggunakan symbol dan gerakan yang didalamnya mengandung makna dan arti bagi mereka yang menjalaninya, sehingga hal tersebut dianggap sacral dalam prosesi pelaksanaannya.
Sebelum nabi kongzi mengajarkan prosesi peribadatan ini, sudah terlebih dahulu masyarakat cina kuno melaksanakannnya, hanya saja makna yang dikandung dari prosesi peribadatan tersebut masih cenderung kurang jelas, hanya sekedar ritual tanpa ada makan dan tujuan dibalik ritual tersebut, akan tetapi setelah nabi kongzi datang, dia meluruskan semua ritual peribadatan tersebut dan mengajarkan makna dibalik prosesi ritual peribadatan tersebut dan dilaksanakan oleh umat penerusnya sampai sekarang.
Dalam ritual peribadatan agama konghucu ini penulis akan mengawali dari arti dan tujuan melaksanakan ritual menurut umat konghucu di klenteng boen bio, kemudian gerakan yang dilakukan dalam prosesi pelaksanaan peribadatan, dan perangkat yang dipergunakan dalam ritual tersebut.
1. Arti dan Tujuan umat konghucu melaksanakan Ritual peribadatan
Hampir sama dengan agama pada umumnya arti dalam ibadah itu sendiri yakni menyembah kepada tuhan yang maha esa, bias juga diartikan sebagai pola komunikasi antara mahluq dengan tuhannya, oleh karena ibadah atau sembahyang merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan umat beragama, begitu pula dengan kondisi umat konghucu yang mempunyai ritual tersendiri dan mempunyai tujuan dalam pelaksanaan ritual tersebut, secara garis besar tujuan dari pada melaksanakan ritual peribadatan bagi umat konghucu adalah:
a. Mendekatkan diri pada Tuhan yang maha esa, tidak bisa dipungkiri bahwa pola komunikasi vertical antara mahluq hidup dengan tuhannya harus dilakukan oleh umat beragama setiap harinya, baik pelaksanaannya dirumah maupun di tempat tempat ibadah sesuai dengan agamanya masing masing, dengan tujuan untuk lebih dekat dengan Tuhan- Tian- yang menguasai seluruh alam.
b. Memohon pertolongan dan perlindungan, ketika manusia merasa bahwa dirinya terancam dan tidak ada lagi yang bias menolongnya maka dia akan berdo’a pada tuhannya dan memint pertolongan pada-Nya, oleh karena itu ketika melakukan peribadatan maka umat konghucu meminta kepada Tian agar selalu dilindungi dan diberi pertolongan ketika dalam kesusahan,
“Perlu diketahui bahwa memohon berbeda dengan meminta, ketika kita meminta sedangkan tidak diberi maka yang salah adalah yang tidak memberi, akan tetapi ketika kita memohon maka sepenuhnya hak berada pada yang dimohon, apa mau dikasih atau tidak terserah pada yang punya wewenang dalam hal ini Tuhan”.demikian tambah Liem Tiong Yang .
c. Bersyukur atas nikmat Tuhan, manusia tidak akan pernah bias menghitung berapa banyak nikmat yang telah tuhan anugrahkan buat kita semua, sejak kita didalam kandungan sampai kita lahir manusia tidak bias menghitungnya, oleh karena itu manusia hanya bisa mensyukuri nikmat yang telah Tuhan anugrahkan buat kita, dalam melakukan peribadatan umat konghucu mengucapkan syukur kepada Tian yang telah member nikmat dan anugrah kepada hambanya.
Disebutkan dalam salahsatu bab kitab suci agama konghucu bahwa “Kepada orang yang bertaqwa pada Tuhan yang maha esa maka Tuhan akan memberikan bantuan”.
2. Prosesi Peribadatan Umat Konghucu
Ada dua tempat peribadatan yang biasnya digunakan oleh umat konghucu yang pertama adalah dirumah, sedangkan yang kedua adalah diklenteng, tidak ada perbedaan yang mendasar antara proses pelaksanaan peribadatan dirumah dan diklenteng, keduanya sama yakni beribadah pada arwah leluhur yang suci, beribadah pada Tuhan dan beribadah pada Nabi konghucu.
Perlu diketahui juga ada perbedaan antara prosesi peribadatan di klenteng Boen Bio dengan klenteng lain, kalau di klenteng lain ketika kita akan masuk klenteng maka terlebih dahulu kita sembahyang untuk Tuhan di altar luar baru kemudian kita masuk dan beribadah untuk para nabi dan arwah leluhur yang suci di altar dalam, sedangkan di kelnteng Boen Bio, kita langsung melaksanakan prosesi peribadatan di altar dalam tanpa ada altar luar, adapun prosesi peribadatan umat konghucu adalah sebagai berikut:
a. Terlebih dahulu menyalakan lilin di tempat berdo’a atau altar,
b. Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3 atau 9 batang yang melambangkan Tuhan, Manusia dan Bumi, kemudian dinaikkan dahi sebanyak 3 kali, dengan berkata sebagai berikut, pada angkatan Hio yang pertama maka yang diuacapkan adalah kehadiran Tuhan yang maha esa ditempat yang maha tinggi,dimuliakanlah. Pada angkata Hio yang kedua yang harus diucapkan adalah kehadapan nabi Konghucu, pembimbing dan penyadar hidup kami, di muliakanlah. Sedanngkan pada angkata ketiga yang diucapkan adalah kehadapan para suci dan leluhur yang kami hormati, dimuliakanlah.
c. Setelah pengangkatan Hio maka langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio di Youlu atau tempat peletakan Hio yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk hati, Hio pertama diletakkan di tengah, yang kedua diletakkan di sebelah kanan, dan yang terakhir diletakkan disebelah kiri.
d. Berdo’a dengan sikap Pat Tik, ada dua sikap pat tik, Pertama sikap pat tik delapan kebajikan mendekap Thai Kik yaitu dengan cara tangan kanan dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri, sikap tangan ini gunakan juga pada waktu bersembahyang, kedua sikap delapan kebajikan mendekap hati dengan cara tangan kanan tetap membuka, tangan kiri merangkap punggung tangan kanan dan kedua ibu jari dipertemukan kemudian didekappan di dada, sikap ini hanya digunakan pada waktu berdo’a.
Tangan bersikap pat tik dan didekappan di dada mempunyai makna “Aku selalu ingat bahwa dengan perantara ayah bunda Tian telah berkenan menjadikan daku manusia, maka manusia wajib melakukan delapan kebajikan” .
Delapan jala kebajika tersebut adalah:
- Berbakti atau Hau, berbakti disini mempunyai makna yang sangat universal, mulai dari berbakti kepada tuhan yang maha esa, berbakti kepada oran tua dan sampai berbakti pada Negara nusa dan Bangsa, pada asal artinya berbakti di khususkan pada orangtua saja, di contohkan oleh Liem ketika kami melaksanakan wawancara “ketika seorang melaksanakan proses pembelajaran (Kuliyah-semisal-) dan sampai di Drop Out oleh akademik maka dia telah tidak berbakti pada orang tua karena sesungguhnya orang tua selalu menginginkan anaknya untuk lulus kuliyah” .
- Rendah Hati atau Tee, yakni tidak sombong dan tidak Gumede roso, selalu berbuat rendah hati dengan sesame mahluq.
- Setia atau Tiong .
- Dapat dipercaya atau Sien yakni dengan selalu menepati janji dan melaksanakan apa yang telah dikatakan.
- Susila atau Lee yaitu berisi tentang aturan yang ada di masyarakat umum.
- Kebenaran atau Gi.
- Suci hati atau Liam, dengan selalu positive thingking dan bersih hati.
- Tahu malu atau Thi, menjadi manusia harus punya rasa tahu malu, karena dengan rasa inilah kita secara tidak langsung juga akan dihormati oleh orang lain, salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan Hewan adalah hewan tidak pernah punya rasa malu sedangkan manusia mempunyai rasa malu, ketika manusia tidak punya rasa malu berarti dia tidak ada bedanya dengan hewan.
Selain delapan jalan kebajikan dalam pat tik diatas, ada beberapa makna yang terkandung dalam pat tik,
- Ibu jari kiri yang melambangkan ayah
- Ibu jari kanan yang melambangkan ibu
- Kedua ibu jari jika dipertemukan dalam posisi pat tik maka akan membentuk huruf jien yang artinya manusia.
- Delapan jari yang lain melambangkan delapan kebajikan seperti yang telah dipaparkan diatas,
- Kesatuan genggaman melambangkan Tian, Tuhan yang maha esa.
- Dekapan dalam dada melambangkan bahwa kita selalu ingat pada-Nya.
Lain dari pada itu ada juga aturan yang harus dilaksanakan dalam penggunaan Pat Tik dalam hal jumlah:
- Kepada sesama orang hidup maka hanya satu kali angkatan saja atau pai
- Kepada jenazah atau orang meninggal dengan dua kali angkatan atau Tinglee.
- Kepada Altar Tuhan, Nabi atau para arwah Suci sebanyak tiga kali angkatan atau Tinglee .
3. Makna dari symbol dan Benda yang digunakan dalam prosesi peribadatan.
Setiap pelaksanaan peribadatan diperlukan symbol symbol sebagai kelengkapan peribadatan, tidak hanya sekedar symbol saja akan tetapi dibalik symbol tersebut juga mempunyai makna dan arti tertentu sehingga menimbulkan kesakralan tersendiri bagi umat beragama, dalam prosesi peribadatan agama konghucu juga menggunaka beberapa benda dan symbol yang didalamnya mengandung makna dan arti.
a. Hio atau Dupa, Hio artinya harum, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedap atau harum, dupa yang dikenal pada zaman nabi Kongzu berwujud bubuk atau belahan kayu, membakar dupa dalam peribadatan umat konghucu mengandung makna “jalam suci itu berasal dari kesatuan hatiku dan hatiku dibawa melalui keharuman dupa”, selain itu juga beguna untuk:
- Menenangkan pikiran, memudahkan konsentrasi dan meditasi
- Mengusir hawa atau hal hal yang bersifat jahat
- Mengukur waktu, terlebih pada zaman dahulu sebelum ada jam atau lonceng.
Selain itu ada juga beberapa macam dupa sesuai dengan warna atau bentuk serta penggunannya dupa itu sendiri:
- Dupa yang bergagang Hijau, berguna ketika bersembahyang didepan jenazah keluarga sendiri.
- Dupa yang bergagang merah, digunakan untuk bersembahyang pada umumnya.
- Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida atau serbuk, berguna untuk menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir arwah jahat.
- Dupa yang berbentuk spiral seperti obat nyamuk, hanya untuk bau-bauan saja.
- Tiang Siu Hio, dupa tanpa gagang, panjang lurus dibakar kedua ujungnya, digunakan khusus untuk bersembahyang kepada tuhan.
Ada juga pembagian dupa menurut jumlah penggunaan dupa:
- Dupa warna Hijau, 2 batang digunakan untuk menghormati jenazah keluarga sendiri atau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa berkabung, boleh saja digunakan hanya satu batang.
- Dupa warna merah:
a. 1 batang, dapat digunakan untuk segala macam sembahyang, bermakna memusatkan fikiran untuk sungguh sungguh bersujud.
b. 2 atau 4 batang untuk menghormati kepada arwah orang tua yang meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari, atau kehadapan altar jenazah bukan keluarga sendiri dan mengandung makna ada hubungan duniawi atau urusan keduniaan.
c. 5 batang, untuk menghormati arwah umum, mengandung makna melaksanakan lima kebajikan.
d. 8 batang, mengandung makna delapan kebajikan, dan digunakan sama dengan 2 atau 4 batang.
e. 9 batang, untuk bersembahyang kepada tuhan yang maha esa, para nabi dan para suci.
f. 1 pak, boleh sebagai pengganti 9 atau 1 batang .
b. Lilin atau Lampu, mempunyai makna menerangi dan berdiri tegak, sedangkan asap dari pada lilin itu sendiri dilambangkan sebagai bentuk naiknya do’a keperaduan Tuhan yang maha esa,
c. Youlou, tempat untuk meletakkan Hio setelah dibakar yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk seperti hati.
4. Jadwal pelaksanaan peribadatan
Ada beberapa waktu peribadatan yang harus dilaksanakan oleh umat kanghucu selain ibadah setiap hari:
a. Peribadatan setiap hari, pagi dan sore, peribadatan ini bias dilaksanakan dirumah ataupun ditempat peribadatan agama konghucu atau klenteng.
b. Peribadatan setiap tanggal 1 imlek dan 15 imlek yang dilaksanakan di klenteng, peribadatan pada tanggal 1 imlek di pergunakan untuk intropeksi diri manusia, sedangkan pada tanggal 15 imlek digunakan untuk memohon permintaan kepada tuhan dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan selama hidup.
c. Peribadatan setiap minggu atau kebaktian mingguan, yakni do’a secara berjama’ah dan membaca ayat dari kitab sushi sebagai renungan dan kemudian di akhiri dengan khotbah keimanan, dilaksanakan setiap hari minggu jam 09.00- 11.00 wib, di klenteng Boen Bio jl. Kapasan 131 Surabaya.
Lebih lengkapnya lagi dalam buku tata Agama dan tata laksana upacara agama konghucu disebutkan ada beberapa macam peribadatan:
a. Ibadah kepada Tuhan yang maha esa/ Thian
- Sembahyang pengucapan syukur tiap pagi dan sore, saat menerima rezeki makan.
- Sembahyang tiap tanggal 1 dan 15 imlek
- Sembahyang besar pada hari hari kemuliaan, yakni: malam penutupan tahun, king thi kong tanggal 8 menjelang 9 cia gwee, saat cap go meh, tang cik saat tanggal 22 desember.
b. Kebaktian bagi nabi
- Peringatan hari lahir nabi konghucu pada tanggal 27-VIII lemlik
- Peringatan hari wafat nabi konghucu pada tanggal 18-II lemlik
- Peringatan hari genta Rohani pada tanggal 22 desember.
c. Kebaktian bagi para suci
- Hari twan yang jatuh pada tanggal 5-V lemlik
- Sembayang tiong chu pada tanggal 15-VIII lemlik
- Hari he gwan pada tanggal 15-X lemlik.
d. Sembahyang bagi para leluhur
- Sembahyang pada tanggal 1 dan 15 penanggalan bula.
- Hari wafatnya leluhur atau orang tua.
- Sembahyang tutup tahun.
- Sembahyang sadranan/ziarah
- Sembahyang arwah leluhur.
e. Kebaktian masyarakat
- Sembahyang arwah untuk umum, pada tanggal 29-VII lemlik.
- Hari persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal 24- XII lemlik (pada hari hari itu diwajibkan berdana bagi fakir dan miskin).
- Seluruh perbuatan lahir batin kita sepanjang hidup hendaknyadisadari sebagai perbuatan kebaktian/ ibadah disebut dengan isitila hidup sepenuh hidup .
D. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa umat konghucu melaksanakan peribadatan setiap hari dengan tujuan untuk menjaga pola komunikasi dan hubungan dengan tuhan yang maha esa, selainitu juga untuk mensyukuri nikmat tuhan yang telah diberikan dalam hidupnya.
Selain itu ada beberapa peralatan juga yang dipergunakan dalam melaksanakan peribadatan dan mempunyai mana yang suci sehingga umat konghucu menskralkannya benda tersebut diantaranya adalah, penggunaan Lilin dan lampu, penggunaan Hio atau Dupa, penggunaa Yousu, hal lain yang berkenaan dengan peribadatan adalah prosesi peribadatan itu sendiri, dalam agama konghucu pertama yang harus dilakukan adalah dengan menyalakan Lilin terlebih dahulu, kemudian mengambil Hio untuk dibakar diatas lilin dan kemudian diangkat sebanyak tiga kali sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan, Nabi, para arwah suci, dengan sikap Pat Tik, setelah itu terakhir ditutup dengan do’a sebagai penutup dari prosesi peribadatan.
Saran – saran
Penulis menyadari betul bahwa apa yang telah penulis kumpulkan dari data penelitian ini masih banyak kekurangan sehingga masih membutuhkan saran dan kritik dari pembaca sebagai bahan evaluasi kedepannya apabila pebulis menulis tentang makalah yang masih ada kaitannya denga tema ini.
DAFTAR PUSTAKA
- Arifin, M.Ed, 1986, Menguak Misteri Ajaran Agama Agama Besar, PT. Citra Mandala pratama.
- Al-Faruqi, Isma’il Raqi; and David E Sophen, 1074, Historical Atlas Religion of the World, New York: Mac Milan publicing.
- Kontjaraningrat, 1970, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: PT.Djambatan.
- Puspito Hendro, 1994, Sosiologi Agama, Jakarta: Kanisius.
- Scarhf, Betty R, 1995, Kajian Sosiologi Agama, Yogyakarta: Tiara Wacana.
- Tata Agama dan tata laksana Upacara Agama Konghucu,di terbitkan oleh Matakin, Sak Th.XXVIII no.4-5.
- Thomas F. O’dea, 1992, Sosiologi Agama; Suatu Pengantar Awal, Jakarta: CV.Rajawali.
- Wahid Abdur Rohman, 2002, Paham Konghucu dan Agama, Gusdur net.
- Wawancara secara eksklusif dengan Liem pada tanggal 15 Maret 2011, pukul 16.00 Wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar